FYI, Raditya Dika
juga merupakan alumni dari Adelaide University, Australia dan jurusannya juga
berkaitan dengan hal-hal yang berbau finance
gitu. So, reliable enough lah yaaa. Berikut 15 tips ngatur duit ala Raditya
Dika:
Raditya Dika |
Beli barang buat diri-sendiri, bukan untuk orang lain
Nowadays, seseorang
cenderung membeli barang-barang untuk orang lain karena kepengen orang lain impressed terhadapnya. Difoto, dipamerin
di social media, terus mendapatkan
kesan yang baik dari orang lain.
“Kalau lo beli barang biar orang kagum sama lo, orang lain bisa lebih ‘respect’ sama lo, orang lain jadi hormat sama lo, menurut gue itu adalah cara yang salah untuk membeli sebuah barang. Belilah barang karena lo happy, karena lo butuh, karena lo emang jauh lebih happy kalau punya barang tersebut untuk diri lo sendiri, bukan orang lain.”
Tapi, hal ini bukan berarti kita nggak bisa beli barang yang
mewah atau mahal. Barang yang kita miliki sebaiknya merupakan barang yang punya
maximum value untuk diri kita
sendiri, bukan semata agar mendapat pengakuan dari orang lain atau sekadar
pamer-pamer belaka.
Waktu adalah teman terbaik untuk investasi
Semakin lama berinvestasi, maka akan semakin besar hasil
akhirnya. Time is the best friend to
compound interest. Royalti pertama Raditya Dika tahun 2005 atas penjualan
novel yang berjudul Kambing Jantan, setelah ia gunakan untuk mentraktir
keluarganya, sisanya ia investasikan untuk dana pensiun (ketika itu usianya
menginjak 25 tahun). So, penting
banget kita tahu untuk memulai investasi sejak dini.
Uang keluar harus lebih sedikit daripada uang masuk
Sebenernya sesimpel itu, ya. Mindset seperti ini udah ditanamkan sejak kita kecil actually. Opsinya pun ada dua, yaitu
kita meningkatkan/memperbesar penghasilan atau kita menekan uang keluar.
Jangan berutang dan jangan mau ngutangin
Dulu Raditya Dika membeli mobil tidak memandang seberapa oke
dan seberapa mewah mobil tersebut. Ia membeli mobil sesuai dengan kebutuhannya
saat itu dan yang terpenting ia membelinya TANPA BERUTANG. Kalaupun belum
mampu, berarti yang bisa dilakukan adalah kerja sebanyak-banyaknya, nabung
lagi, investasi lagi, demi mengejar mobil yang diinginkan. Jadi, nggak usah
terlalu mewah, nggak usah terlalu mahal.
Pun sebaliknya, ia nggak mau ngutangin orang. Kalau ada
temen SMA dateng-dateng pengen pinjem duit, Raditya Dika dengan tegas menolaknya.
However, ia memberikan solusi dengan
cara mengajak kerja sama/mempekerjakan/pokoknya temennya itu dikasih kerjaan,
deh. Simply, supaya orang tersebut
bisa dapet duit tanpa utang kepada Raditya Dika. Win-win solution lah, ya. Hal ini bertujuan agar antara Raditya
Dika dan temannya nggak ada rasa canggung, nggak enakan, moreover mencegah rusaknya hubungan pertemanan gara-gara utang.
Anyway, ngomongin
utang nih yaaa, kalaupun terpaksa berutang, lebih baik kita utang untuk aset
yang bertumbuh. Misalnya, rumah. Hindari utang untuk membeli mobil. Mobil
adalah aset yang terus mengalami depresiasi tiap tahun sehingga nilainya pasti
akan turun.
“Ngapain lo berutang atas sesuatu yang nilainya turun? Kalau rumah, masih bisa dikompromikan karena nilainya akan bertambah setiap tahun. Tapi, sebisa mungkin ya jangan ngutang.”
Bayarlah segala sesuatu itu secara cash
Jangan debit atau pakai kartu kredit dalam melakukan
pembayaran. Kenapa? Ada penelitian yang menyatakan bahwa rasa sakit yang
ditimbulkan dengan membayar barang melalui duit cash itu lebih tinggi daripada cuma pake kartu.
“Lo beli handphone baru seharga dua juta pake debit card, srekkkk, gesek, terus pulang, akan lebih beda dibanding lo ngeluarin duit dua juta secara fisik. Itu sakitnya beda. Lo mungkin lebih nggak rela untuk ngeluarinnya.”
Fokus ke penghasilan juga
Gaji itu tidak sama dengan penghasilan. Jangan terpaku
dengan gaji. Penghasilan itu nggak melulu komponennya gaji. Kita bisa bisnis
kecil-kecilan, buka online shop,
menjadi tutor, membuat e-book dan menjualnya (tergantung
bidang). Fokuslah pada hal-hal untuk menambah penghasilan. Cara paling gampang
untuk menambah penghasilan adalah dengan membuka revenue stream yang berbeda berdasarkan keahlian yang kita miliki. So, coba telaah lagi keahlian kita!
Pelajari instrumen-instrumen investasi dan hubungannya dengan tujuan finansial
Misalnya, dalam jangka waktu setahun kita akan membeli handphone baru seharga tujuh juta dan
kita mau invest. Maka, berinvestasilah
di instrumen yang risikonya tidak terlalu tinggi. Return-nya mungkin juga nggak terlalu tinggi, tapi kalau kita mau
mengeluarkannya dalam waktu setahun, ya ambil aja, contohnya deposito.
“Kalau misalnya buat pensiun, kayak gue, dari umur 25 tahun sampe umur gue sekarang udah 34 tahun, semua gue taruh di instrumen saham. Kenapa? Karena saham tuh naik-turunnya sangat kenceng kalau jaraknya itu pendek. Tapi kalau kita bicara tahunan, di atas 5-10 tahun, volatilitasnya secara grafis nggak akan terlalu berasa. Diversifikasi juga penting, mix & match banyak saham supaya merepresentasikan IHSG-nya.”
Banyak penghasilan bukan berarti banyak pengeluaran
Jangan kaget terima duit banyak! Menerima penghasilan yang
lebih besar daripada sebelumnya bukan berarti kita bisa berfoya-foya seenaknya.
Sebisa mungkin hindari jajan-jajan nggak penting yang berpotensi untuk menguras
uang penghasilan yang udah kita terima. Intinya, harus bisa menahan diri dari
jiwa konsumtif.
“Buat gue, penghasilan naik berarti kemungkinan untuk berinvestasi juga naik. Jadi, penghasilan naik itu mendingan diterjemahkan menjadi ‘oh, gue bisa investasi lebih banyak’ ketimbang ‘oh, gue bisa foya-foya lebih banyak’.”
Punya budget
Kita harus pintar-pintar mengatur budget untuk berinvestasi dari penghasilan yang kita miliki.
Berbagai pengeluaran setiap bulan sebaiknya dicatat agar kita bisa tracking ke mana arah pengeluaran ini
bermuara. Sebisa mungkin minimal 10% dari penghasilan keseluruhan dialokasikan
untuk investasi. Kalau bisa, lebih. Raditya Dika bahkan pernah mengalokasikan
70% dari total penghasilannya untuk investasi.
Keluarkan uang untuk membeli pengalaman, bukan untuk membeli barang
Ada sebuah riset yang menyatakan bahwa dengan membeli
pengalaman, kebahagiaan yang kita dapatkan akan lebih banyak daripada membeli
barang. Misalnya, berlibur atau makan-makan bareng keluarga tercinta. Ternyata,
makan-makan bareng keluarga tuh happiness-nya
itu beda ketimbang beli barang buat diri-sendiri.
Pikirkan cost per use tiap beli barang
Maksudnya? Misalnya, beli ikat pinggang seharga satu juta
tapi hanya bisa digunakan selama satu tahun (karena abis itu ikat pinggangnya
rusak, jadi nggak bisa dipake lagi). Lebih baik beli ikat pinggang yang
berkualitas, yang mewah sekalian seharga 10 juta, tapi bisa digunakan selama 15
tahun. Itu adalah salah satu resep yang digunakan Raditya Dika setiap membeli
barang-barang mewah. Pokoknya, pikirin dulu matang-matang sebelum membeli.
Usahakan kalau belanja itu sendirian
Karena kalau belanja sama temen, biasanya suka kehasut.
“Eh, ini bagus, deh.”
“Elo bagusan pake yang ini, deh. Lebih keren.”
“Ini cocok banget bajunya kalo dipake elo.”
Kalau punya temen (walaupun niatnya baik), itu terkadang
membuat kita jadi mengeluarkan duit lebih banyak padahal sebenernya mungkin
kita nggak butuh itu.
Bayar pajak dan donasi
Kalau punya uang banyak, kita harus bayar pajak yang banyak
juga karena ini kewajiban kita sebagai warga negara.
“Gue punya banyak banget temen. Artis, selebgram, youtuber yang ternyata pajaknya nggak beres dan akhirnya mereka harus bayar denda. Bahkan ada satu temen gue yang gue bilangin pas mau lapor SPT, dia bilang ‘Aku nggak mau bayar pajak, bang. Aku diem-diem aja. Karena prinsipku adalah nanti duit pajak dikorup ato apa segala macem.’. Buat gue, itu adalah hal yang sangat salah. Kewajiban kita adalah bayar pajak. Kita awasi penggunaannya.”
Tentang donasi. Dengan memberikan uang kepada pihak yang
membutuhkan, itu akan memberikan kebahagiaan yang lain bagi kita. Happiness level-nya tuh beda. So, usahakan juga kalau kita punya duit
banyak, kita harus menambah donasi ke orang-orang. Karena ini bukan hanya baik
untuk orang yang kita bantu, melainkan kita bisa merasakan kebahagiaan yang
lain dengan berdonasi.
Hubungan dengan uang adalah hubungan kebiasaan
Misalnya, sedari kecil sudah terbiasa boros, biasanya akan
kesusahan mengubah kebiasaan ini ketika sudah dewasa. So, perlu komitmen dan fokus.
“Jangan lo stres sedikit, belanja. Jangan dikit-dikit, belanja. Tapi, gimana caranya lo bisa me-maintain kebiasaan itu dengan hal-hal lain. Lo stres dikit, mungkin lo bisa meditasi atau ngobrol sama temen gitu. Jadi, ini tentang gimana kebiasaan-kebiasaan lo yang tidak sehat dengan uang itu bisa berubah menjadi lebih baik karena lo punya kebiasaan yang baru dan fokus menjalani itu.”
Temukan pasangan yang perilakunya terhadap uang itu sehat
“Jangan sampai lo yang udah berperilaku sehat terhadap uang, lo udah bagus personal finance-nya, tiba-tiba lo punya pacar atau lo nikah dengan orang yang perilakunya terhadap uang sangat-sangat tidak sehat. Jadinya berantem soal duit dan lain-lain.”
Raditya Dika dengan istrinya sudah mengkomunikasikan tentang
duit sejak masa-masa pacaran. Berbagai hal tentang investasi, sikap terhadap
uang, cara mengelola keuangan, semua hal itu dikomunikasikan secara terbuka
kepada pasangan.
“Komunikasi yang sehat dengan pasangan, bahkan dari mulai pacaran, itu bisa jadi fondasi yang kuat ketika lo udah nikah. Karena keuangan rumah tangga itu pasti jadi sumber konflik yang lumayan besar buat banyak orang. Gue lihat bahkan ada studi yang bilang hampir 80% pertengkaran di rumah tangga itu karena duit. Jadi, selalu komunikasikan dari awal dengan baik. Sama-sama punya sikap dan perspektif yang sama tentang uang.”
💕💕💕💕💕
Nah, gimana?
Tips-tips dari Raditya Dika ini bener-bener bermanfaat
banget, sih. Bisa membuka wawasanku juga biar punya literasi finansial yang
baik ke depannya. Kira-kira ada saran tambahan nggak dari kamu tentang cara
ngatur duit? Comment, ya! 😎
Thank you so much for
visiting. See you on my next post!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar