Makin menjamurnya klinik kecantikan di bumi Jogja tentu
menjadi catatan tersendiri bagi para beauty
enthusiasts. Memiliki awareness
terhadap kesehatan kulit sudah semestinya dilakukan bagi kita semua, sehingga
nggak cuma beauty enthusiast yang demen mencari informasi tentang
perawatan kulit, melainkan kita semua (tua-muda, wanita-pria, tanpa
terkecuali). Mencari pusat klinik kecantikan memang gampang-gampang susah dan
harus pake ilmu cocoklogi. Ya,
cocok-cocokan. Karena tidak semua klinik kecantikan dapat menjanjikan kulit
sehat dan bagus which is sesuai
dengan kondisi kulit kita masing-masing.
Qeza Clinic
Beberapa waktu yang lalu, Qeza Aesthetic Center mengadakan Relaunch Party. Berlokasi
di YAP Square C-8, Jalan C. Simanjuntak, Terban, Gondokusuman, Yogyakarta,
acara ini dihadiri oleh para beauty
influencer area Jogja dan sekitarnya, serta para customer setia Qeza
Aesthetic Center.
Acara dipandu oleh MC kenamaan Jogja, yaitu Kak Tulus. Suasana
yang terbangun sangat ceria dan seru! Acara ini diawali dengan sambutan dari
suami founder Qeza Aesthetic Center, yaitu Pak Ades, kemudian dilanjutkan oleh founder Qeza Aesthetic Center, yaitu dr. Erryl Setiya Devivta. Both of them sama-sama menyampaikan
ucapan syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berdirinya Qeza Aesthetic Center. FYI, Qeza Aesthetic Center ini sudah
malang-melintang di jagat per-skincare-an
selama 5 tahun dan masih bertahan dengan baik hingga saat ini! Malah, progresnya
dari hari ke hari menjadi semakin baik dan mendapat animo positif dari para customer atau pasien yang berkonsultasi
di Qeza Aesthetic Center. That’s why, Qeza Aesthetic Center mulai melebarkan sayapnya dengan cara moving to pusat kota yang mudah dijangkau.
Sebelum berlokasi di YAP Square, Qeza
Aesthetic Center berada di Jalan Candi Gebang, Wedomartani, Ngemplak,
Sleman, DIY. Hmm, relatif agak ‘terpinggirkan’ dan jauh dari pusat kota memang.
Namun, sekarang tidak lagi. Yay! Keseruannya bisa ditonton di video yang aku unggah di Youtube Channel-ku. Klik aja link-nya di bawah ini 👇😊
Acara dilanjutkan dengan pemotongan nasi tumpeng sebagai
simbol lahirnya ‘kembali’ klinik kecantikan ini. Sooo happyyyyyy! Dengan begitu, jam operasional Qeza Aesthetic Center pun resmi dibuka.
Setelah pemotongan nasi tumpeng ini selesai, aku diarahkan untuk melihat-lihat
interior dan ruangan demi ruangan yang ada di sini. Terdapat dua lantai: lantai
satu untuk bagian lobby, ruang
tunggu, ruang konsultasi, kamar kecil, dan ruang santai; lantai dua untuk
ruangan-ruangan yang digunakan treatment,
dan kamar kecil, serta ada mushola. Semua ruangan ini full AC, loh. Meskipun tidak begitu luas, ruangan ini kesannya
cukup besar karena efek warna putih yang menghiasi bagian interiornya.
Lobby Qeza Aesthetic Center
Setelah selesai lihat-lihat, acara ditutup. Tapi, nggak
serta-merta langsung bubar gitu aja. Aku dan kawan-kawan influencer lainnya menikmati waktu bersantai dengan menyantap nasi
tumpeng dan snack yang disediakan
oleh Qeza Aesthetic Center. Selain
itu, ada tawaran kopi juga! And, masing-masing
dari kami juga mendapatkan goodie bag
yang berisi produk basic skincare dari
Qeza Aesthetic Center.
Qeza Basic Skincare Products
Berbagai macam pelayanan treatment
yang ada di Qeza Aesthetic Center,
antara lain:
Deep Cleansing Facial
Totok Wajah
Diamond Tip Micro
Chemical Peeling
Glowing
Chemical Peeling
Glowing ++
Chemical Peeling Acne ++
Chemical Peeling
French Acne
Jet Peel Oxy
Chubby Cheek Treatment
Eye Bag Treatment
Face Up Tightening
Treatment
Aqua Peel Treatment
IPL Photofacial Rejuve
Black Laser Treatment
HIFU
Sementara itu, ada juga special
treatment, antara lain:
NDYG
CCGlow
Meso Eye Bag
Meso Melasma
Meso Scar Acne
Kauterisasi
Tanam Benang
Tarik Benang
Dermafiller
Botox
Chubby Cheek Injection
Double Chin Injection
Vampire Facial
Segitu dulu reportase dariku mengenai acara
#RelaunchPartyQeza di Qeza Aesthetic
Center Jogja, guys! Semoga Qeza Aesthetic Center semakin berkembang,
semakin dicintai oleh para customer,
semakin banyak inovasi dan promonya, dan tentunya longlasting!
Emosi dalam diri terdiri atas dua jenis, yaitu emosi positif
dan emosi negatif. Keduanya tidak jarang muncul tiba-tiba, sekonyong-konyong,
begitu saja. Akan tetapi, setidaknya kita masih bisa mengendalikannya
(sekalipun tidak mudah). Emosi yang akan kita bahas di sini adalah emosi
negatif. Yeaaaaah!
Setiap orang pasti pernah marah dan tentu ada sebabnya.
Entah karena hal besar maupun hal sepele sekalipun. Kadar kemarahan setiap
orang pun berbeda-beda. Cara bereaksi ketika marah juga berbeda. Hati-hati!
Jangan sampai ketika kita marah malah membuat keadaan makin parah atau justru
malah menyakiti orang lain. Well, that’s why aku tertarik untuk membahas
hal ini.
Aku mendapatkan tips-tips ini dari Evan Dumas (Twitter @eedumas). And, I think it’s worth to read. Sooo, yeaaa. Yok, kita bahas satu
per satu!
Talk about what makes you feel stressed. Talk
about what makes you feel stressed with a human who will listen with respect
and understanding. Utarakan segala sesuatu yang bikin kamu tertekan (stres,
marah, kesal, jengkel, kecewa) kepada orang yang mau mendengarkanmu dengan
penuh hormat dan pengertian. Jadi, orang yang kamu curhati ini nggak bakalan
nge-judge kamu atau ngasih ceramah
panjang lebar. Nggak enak ‘kan kalau kita niatnya pengen curhat tapi berakhir
dengan dihakimi?
Talk about what makes you feel joy. Talk
about what makes you feel joy with a human who will listen with respect and
understanding. Ungkapkan hal-hal yang bikin kamu senang, bahagia, dan ceria
kepada orang yang mau memahami dan mendengarkan kamu dengan baik. Adalah suatu
anugerah tatkala kita bisa berbagi kebahagiaan kepada orang lain tanpa merasa
berat atau bahkan menyinggung perasaan orang yang kita curhati. Bebaskan.
Lepaskan. Berbahagialah!
Go slower. Pelan-pelan saja. Ketika pikiran serasa
penuh sesak seakan segera meledak, jangan lupa inhale and exhale deep. Jangan lupa bernapas! Sayangi pembuluh
darah di otak dan degup jantung kamu.
Build a habit. Build
a habit of noticing how you react to things, this is called mindfullness. Bentuklah
kebiasaan memperhatikan cara-cara kamu bereaksi terhadap berbagai hal, entah
itu saat kamu menerima kabar bahagia atau musibah. Inilah yang disebut dengan mindfullness (keadaan berhati-hati). Ini
juga merupakan salah satu cara kamu bisa mengenali diri kamu sendiri lebih dalam.
Kalau kamu nggak kenal sama diri sendiri, siapa lagi?
Be kind to yourself. Be
kind to yourself. In small doses treat yourself with the same kindness you
normally reserve for others you love and care about. Berbaik hatilah pada
dirimu sendiri. Serius, deh! Ini penting banget. Kamu harus berbaik hati dengan
dirimu sendiri sebagaimana kamu berbaik hati kepada orang yang kamu cintai.
Kamu harus peduli dengan dirimu sendiri sebagaimana kamu juga peduli dengan
orang lain. Barangkali, saking sayangnya kamu kepada orang lain, membuatmu jadi
lupa untuk menyayangi diri sendiri. Love
yourself, be kind to yourself.
Realize you didn’t cause. Realize
you didn’t cause this, it’s not your fault. Tidak semua hal yang terjadi
disebabkan oleh semua tindakan kamu. Terkadang, justru faktor eksternallah yang
memicu suatu permasalahan terjadi, and
then merembet ke segala arah. Jadi, segalanya bukan disebabkan olehmu
semata. Tenangkan pikiranmu terlebih dahulu.
Realize you don’t have to heal alone. Realize
you don’t have to heal alone, because you’re not alone in feeling this way.
Sadarlah! Kamu nggak sendirian. Ada banyak orang di luar sana yang (mungkin)
juga merasakan hal yang sama. Walau memang, untuk menyembuhkan diri sendiri
kunci utamanya adalah diri sendiri. However,
bantuan dari orang terdekat atau orang lain juga bisa turut andil dalam proses
penyembuhan dirimu itu. Kamu nggak hidup sendirian di dunia ini.
Realize burnout is an opportunity. Realize
burnout is an opportunity for growth. It’s a time for new values, new perspectives,
new support, and maybe new environments. Amarah merupakan jalan untuk
bertumbuh. Dengan adanya amarah, kamu belajar untuk mengendalikan dirimu
sendiri. Kamu nggak akan membiarkan amarah menguasai dirimu. Justru, kamulah
yang harus menguasai segala emosi itu. Jangan biarkan dirimu kalah olehnya.
Jadikan hal ini sebagai kesempatan untuk menemukan nilai-nilai baru dalam
kehidupan, pola pikir baru dan cara pandang baru, dukungan-dukungan baru,
dorongan baru untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan bahkan lingkungan baru
yang jauh lebih baik.
Forgive yourself. Forgive
yourself for not acting on these stressors earlier, this is completely normal. Memaafkan
diri sendiri untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap penyebab stres.
Bertingkah normal. Cobalah untuk biasa saja. Kuasai diri sendiri terlebih
dahulu.
Choose self compassion. Realize
there is a part of you larger than the part that suffers, and this part is what
heals you. You always have this, there’s always the option to choose self
compassion. Ada bagian dari dalam dirimu yang lebih besar daripada
penderitaan yang kamu alami, dan bagian itulah yang akan menyembuhkanmu. Kamu
akan selalu memiliki bagian itu. Akan selalu ada pilihan untuk penghiburan
diri. Aku lebih suka menyebutnya sebagai penghiburan diri, bukan cara untuk
mengasihani diri. Karena, menghibur dan mengasihani adalah dua hal yang
berbeda.
Get out of your head. Seriously,
get out of your head and into your body. Food, exercise, walks, baths,
whatever. Thinking about feelings rarely makes them change. Keluarlah dari
sesaknya pikiranmu itu! Karena sesungguhnya pikiran-pikiran yang ada di otakmu
itu sebagian besar hanya terjadi di alam pikiran, tidak di realitas. Fokuslah
pada tubuhmu! Makanlah, berolahragalah, bergeraklah, menarilah, berlarilah,
bernyanyilah, bermeditasilah, dan sebagainya! Terlalu larut dalam perasaan
tidak akan mengubah apapun.
Realize burnout is a systemic issue. Realize
burnout is a systemic issue. Our work is breaking our hearts. Our
“professionalism” was first crafted by dudes with no emotional intelligence.
Our jobs deny our humanity, and that causes burnout. Amarah adalah
persoalan sistemik. Terkadang, pekerjaan kita menghancurkan perasaan kita. Rasa
“profesionalisme” dalam pekerjaan diciptakan oleh orang-orang yang tidak
memiliki kecerdasan emosi. Pekerjaan kita mengabaikan rasa kemanusiaan kita,
sehingga dapat menimbulkan amarah. Nggak jarang ‘kan beban kerja yang kita
tanggung atas nama profesionalisme membuat kita mengesampingkan urusan
keluarga, apalagi urusan perasaan hati dan kesehatan jiwa?
13.Realize you’re not alone again. Realize
you’re not alone again. Last polled 74% of Americans said that their jobs and
money was the #1 stressor in their life. Sekali lagi, kamu nggak hidup
sendirian. 74% warga Amerika menyatakan bahwa pekerjaan dan uang menjadi
penyebab stres nomor 1 dalam kehidupan mereka. Itulah sebabnya kita perlu
mengendalikan pikiran kita, demi kesehatan jiwa.
Know that burnout is an issue. Know
that it’s a hugely American issue. The ICD-10 (International Statistical
Classification of Diseases and Related Health Problems) lists burnout as an
issue (code Z73.0). But the DSM (our American diagnosis manual) makes no
mention of it. So there’s that. ICD menyertakan amarah sebagai salah satu
persoalan penting. Sementara, DSM tidak menyatakan hal yang sama. Hmmm,
perbedaannya terletak pada cara pandang. Bagiku, amarah tetap masuk ke dalam issue penting itu. Biar bagaimanapun,
amarah merupakan bagian dari emosi. Emosi adalah bagian dari dalam diri. Dan,
hal ini akan tetap selalu menyertai dalam sepanjang garis kehidupan. Kalau kita
mengabaikan amarah sebagai issue,
kita akan menjadi pribadi yang heartless.
Well, that’s only my opinion.
Take the fire to motivate. Take
the sadness and weariness and get empathetic for other folks burning out. We
can fix this together but we need our fire to motivate us, not turn us into
ash. Menerima segala kesedihan dan kelemahan adalah sebuah keharusan. Suatu
hal terjadi tidak sesuai dengan harapan kamu. Lalu, apa yang akan kamu lakukan
kalau tidak menelan pil pahit itu? Satu-satunya cara hanyalah menerimanya. Nrimo. Tidak semua hal berjalan
sempurna. Terkadang, kerikil, aral, halangan, rintangan datang menyertai.
Jadikan semuanya sebagai motivasi untuk bergerak lebih banyak, berusaha lebih
keras, dan berbahagia lebih lebih lebih. Jangan sampai gangguan tersebut
melemahkanmu. Kamu lebih kuat dan lebih hebat!
16.Remember that you are not alone. For
everyone responding that they don’t have someone to listen: it doesn’t have to
be a lover or a close friend. A stranger will do, as long as they’re a human,
and there’s lots of us. You’re not alone. We all have the capacity to care and
be cared for. Kalau kamu ngerasa kamu nggak punya seseorang yang bisa
mendengarkanmu, hey, ada banyak manusia di dunia ini. Orang asing atau kenalan
pun bisa kamu jadikan tempat curhat. Tapi, tetaplah berhati-hati. Itu saja
kuncinya.
Nah, itu dia beberapa tips mengenai cara mengendalikan
amarah biar nggak berapi-api. Inti dari semua itu adalah BERBAGI alias SHARING. Nggak semua hal harus dipendam
sendiri. Ada kalanya kita perlu berkisah, bercerita, menuangkan sedikit/banyak
kecamuk yang bergerilya di dalam pikiran, dan mengutarakan hal-hal yang
selayaknya diungkapkan ke permukaan. Semua demi kewarasan pikiran dan jiwa.
Tenanglah, kita tidak hidup sendiri di dunia ini.
Aku suka dengan makeup
yang bener-bener kelihatan makeup,
let’s say it’s heavy makeup with smokey
eyes or deep lips color. Makeup
yang sebagus itu biasanya menggunakan produk yang sifatnya waterproof, sehingga nggak bakalan bisa hilang sekejap mata hanya
dengan menggunakan air. Tentunya butuh makeup
remover.
Pixy Cosmetics
Aku punya rekomendasi makeup
remover yang murah, gampang dicari, dan efektif dalam menghapus makeup. Dia adalah Pixy Makeup Remover.
Seriously,
produk ini beneran bagus. Cepet banget ngehapus makeup yang waterproof tanpa
effort berlebih. Gampang banget
didapetin. Yeaaaa, counter Pixy Cosmetics pasti ada lah di sudut
kota di Nusantara. Kalo nggak gitu, yah produk ini hampir pasti ada di
toko-toko kosmetik. Yang paling penting yaitu harganya sungguh affordable. Murah sekali. Biasanya
produk makeup remover harganya
lumayan di atas angin alias melebihi harga satu porsi nasi goreng seafood. Nah, kalo produk yang satu ini
beneran murceeee bambaaaanggg. Aku
beli di toko kosmetik ternama di kota Klaten dengan harga 20.000-an rupiah! WOW, AMAZING!
Hal lain yang aku suka dari produk ini yaitu tidak
mengandung alkohol, nggak lengket di kulit, nggak ada baunya, nggak bikin kulit
jadi kering, nggak greasy, nggak ada
rasanya kayak pahit atau yang gimanaaaa gitu. Berat bersihnya yaitu 60 ml. Claim-nya sih telah teruji secara
klinis. Jadinya, aku merasa aman setiap pake produk ini untuk membersihkan
wajahku dari makeup yang waterproof, seperti penggunaan lipstick, eyeliner, mascara. Produk ini memang ditujukan untuk area bibir dan
mata which is area-area itu memang
area yang sensitif, sehingga perlu pake produk yang bahan-bahannya tidak
berbahaya.
Ingredients: Water,
Cyclopentasiloxane, Hydrogenated Polyisobutene, Mineral Oil, Butylene Glycol,
PEG-400, Sodium Chloride, PCA Ethyl Cocoyl Arginate, PPG-2-DECETH-7, Disodium
EDTA, Honey, Tocopheryl Acetate, CI 14700, CI 17200
Aku mau sharing ah
tentang perjalanan kuliah Magister! Semoga bisa sedikit membantu, ya, buat kamu
yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2.
Buat yang sudah merasakan hal yang sama, bisa dong tinggalin
komentar di bawah! Biar bisa kasih insight
tambahan buat para netizen.
Daaaan, kita bisa diskusi, nih!
Aku pernah sharing
tentang ini dalam bentuk video. Ada di YoutubeChannel-ku, guys. Buat yang nggak
mau baca dan prefer untuk nonton, cussss silakan klik di bawah ini:
Jangan lupa subscribe,
yaaaaa!
👆
Baiklah. Tanpa berlama-lama, langsung aja ke inti
pembahasan.
Aku kuliah S-2 di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo,
jurusan Magister Pendidikan Sains. Sebelumnya, jenjang kuliah S-1-ku di
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan jurusan Pendidikan
Fisika. So, I think it’s still linear,
right?
Back to the topic.
Kuliah S-2 terdiri atas minimal 4 semester. Semester 1-2
adalah kuliah teori, which is kuliah
di kelas seperti biasa dengan mengambil mata kuliah wajib dan pilihan. Dan,
hari-hari yang dijalani masih berkutat seputar hadir di kelas, memperhatikan
dosen yang mentransfer ilmu, berdiskusi dengan rekan dalam kelompok, berdiskusi
dengan dosen, ngerjain tugas (tugas kelompok dan/atau tugas mandiri), dan
lain-lain. Jadwal kuliahnya sih Rabu-Jumat. Namun, kalau ada kelas
tambahan/pengganti, bisa diagendakan di hari lain.
😎
Perjuangan yang sesungguhnya dan literally berat banget tapi memang harus dijalani agar dapat segera
lulus, baru terasa mulai semester 3 ke atas.
Di semester 3-4 (atau bahkan 5, dan
seterusnya) mata kuliah yang diambil HANYA Tesis. Tidak ada mata kuliah lain
(kecuali kalau kamu mau mengulang mata kuliah lain untuk memperbaiki nilai kamu
yang sebelumnya kurang tuntas).
Meskipun kelihatannya mata kuliah yang diambil itu HANYA
Tesis, ternyata Tesis tidak sekadar Tesis.
J A U H L E B I H D A R I I T U , P E M I R S A .
Bahkan, untuk menyelesaikan Tesis ini, aku butuh waktu dari semester 3 sampai
semester 5. Tiga semester ini hanya demi merampungkan Tesis sebagai Tugas
Akhir!
Langkah-langkah yang aku penuhi ada banyaaaaakkkk banget!
Akan tetapi, secara garis besar tahapan-tahapan yang aku lalui ada 4 tahap,
antara lain:
Seminar Proposal
Seminar Kemajuan
Seminar Hasil
Ujian Tesis
Untuk menempuh keempat tahap tersebut, itu tuh nggak cuma
sekadar ngurusin Tesis. Jangan bayangkan kamu hanya ke perpustakaan untuk cari
referensi, kemudian konsul bimbingan ini-itu, terus melakukan penelitian,
kemudian jebreeeettt langsung Ujian
Tesis. NO.
A BIG NO!
Ada banyak
jalan alias proses yang harus kamu tempuh dan selesaikan.
Ada satu hal yang harus sangat kamu perhatikan, yaitu
PUBLIKASI KARYA ILMIAH.
Ini nggak main-main banget, bro.
Kualifikasi untuk publikasi karya ilmiah yaitu (1) ada jurnal
nasional terakreditasi atau jurnal internasional yang bereputasi, dan (2)
prosiding internasional bereputasi.
Jadi, kalau ikut prosiding ataupun submit artikel di jurnal tertentu, itu
tuh nggak abal-abal. Apalagi sampe yang masuk ke predatory journal. No, it’s a
big no.
Kamu bakalan rugi banget. That’s
why kamu harus berhati-hati dan waspada, serta teliti. Jangan sampe kamu
rugi waktu, rugi dana, rugi upaya. Pokoknya rugi segalanya. Jangan sampe, ya! So, make sure kalo kamu mau
mempublikasikan karya ilmiah, harus di tempat-tempat yang tepercaya dan
bereputasi, jelas sumbernya.
Well, publikasi
karya ilmiah ini menjadi satu-satunya syarat untuk mengikuti Ujian Tesis.
Sehingga, mau tidak mau kamu harus punya bekal karya ilmiah yang HARUS SUDAH
TERBIT (PUBLISHED) sebelum kamu
mengajukan Ujian Tesis. Percuma kalau Tesis kamu sudah selesai dan siap
diujikan, tapi kamu belum mempublikasikan karya ilmiah itu.
Makanya aku kemarin tuh bener-bener (kesannya) lamaaaaa
banget kuliahnya, karena amat sangat makan banyak waktu dalam accomplishing the final thesis defense. Why? Karena publikasi karya ilmiah itu
butuh waktu yang nggak singkat, berbulan-bulan. Jadi, saranku nih buat kamu
yang sedang berencana akan melanjutkan kuliah di jenjang S-2 (atau bahkan
sedang menjalani kuliah S-2): persiapkan karya ilmiahmu dengan baik sebanyak
mungkin.
Dan, karya ilmiahmu itu harus merupakan bagian dari Tesismu. Kamu
nggak bisa ngasal gitu aja dalam membuat karya ilmiah, misalnya dengan membuat
judul lain yang sama sekali nggak ada kaitannya dengan judul Tesismu. Karya
ilmiah yang kamu publikasikan harus merupakan bagian dari Tesismu.
Nah, dalam proses publikasi karya ilmiah ini, aku joined tiga kali di conference yang berbeda-beda.
Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek
(UMS). Karena ini cuma asal ngikut, publikasiku nggak diterima oleh pihak
kampusku, dong. Karena skalanya ini hanya nasional. Meanwhile, yang dipersyaratkan oleh kampus adalah seminar yang
berskala internasional.
ICoSMEE (UNS). Ini merupakan seminar
internasional dan juga terindeks Scopus. Namun, ternyata artikelku (artikel
yang aku masukkan di prosiding ini) nggak published
alias nggak terbit di jurnal internasionalnya, melainkan hanya terbit di
jurnal lokal. Automatically, itu belum
memenuhi syarat agar aku bisa mengajukan Ujian Tesis. Nah, akhirnya aku harus
mengikuti international conference lainnya,
dooonggggggg.
ICoSEd (UNESA). Alhamdulillah, yaaaaaa.
Artikelku diterima. DAN. DITERBITKAN. TERINDEKS SCOPUS. Akhirnyaaaaa, terpenuhi
juga syarat untuk lanjut ke tahapan berikutnya demi terselesainya perjuanganku
meraih gelar MAGISTER. Anyway,proses
penerbitan artikel tuh nggak sebentar, loh. Aku mulai seminar tuh bulan
November 2017. Lalu, artikel ini baru diterbitkan pada bulan Mei 2018. Lumayan
lama memang. Indeed.
Well, itu baru
perjalanan tentang publikasi karya ilmiahnya. Sekarang, mari kita kembali ke
pokok pembahasan mengenai empat tahap utama dalam penyelesaian Tesis.
Seminar Proposal
Di tahap ini, kamu mempresentasikan rancangan penelitian
kamu. Mestinya udah hafal mati semua lah, yaaaa. Di S-1 pun kamu udah familiar
dengan Seminar Proposal tentunya. Pastinya kamu udah melalui fase Seminar
Proposal, ‘kan? *serius nanya*
Seminar Proposal ini sifatnya terbuka. Jadi, peserta
seminarnya itu bebas. Bisa kawan seangkatan, kakak tingkat, adik tingkat, pacar,
orang tua, keponakan, sepupu. Terus ada dosen juga sebagai penguji.
Seminar Kemajuan
Di sini, kamu mempresentasikan kurang lebih hasil penelitian
kamu (sejauh mana kamu sudah menjalani proses penelitianmu). Tapi, sebisa
mungkin Bab 1 sampai Bab 5 udah komplit lah. Walaupun lampirannya masih acak-adut atau bolong-bolong atau
alamannya masih kocar-kacir atau
belum terpenuhi semua, pokoknya tetep presentasi aja. However, sebisa mungkin, please,
sebisa mungkin draft Tesis kamu udah
mendekati sempurna dan pantas untuk dipresentasikan.
Seminar Kemajuan ini juga bersifat terbuka, sama seperti
Seminar Proposal.
Seminar Hasil
Semua draft Tesis
kamu HARUS SUDAH FIXED SEMUANYA.
Lengkap mulai dari depan sampai belakang. Bab 1 sampai Bab 5, lampiran komplit,
dan semua perangkat pembelajaran (kalau penelitian kamu tentang penelitian
eksperimen) atau produk pembelajaran (kalau penelitian kamu tentang penelitian
pengembangan) sudah beres.
Jadi, di tahap ini kamu mempresentasikan hasil dari
penelitian kamu. Dan, Seminar Hasil ini bersifat terbuka. Lagi-lagi, kamu harus
presentasi di hadapan banyak audience.
Ah, tapi udah nggak perlu segrogi itu lah, ya. Orang udah biasa tampil di
depan, kok. Wkwkwkwk~
Ujian Tesis
Tahap terakhir dan penentu seluruh perjalanan kuliah di
jenjang S-2: Ujian Tesis. Sifatnya tertutup. Jadi, kamu hanya sendirian di
dalam sebuah ruangan dan dihadapkan dengan empat orang penguji.
Dua orang dosen
pembimbing kamu, which are jadi
penguji kamu juga selama proses ujian berlangsung, dan dua orang dosen lainnya bertindak
sebagai dosen penguji (Ketua dan Sekretaris). Ingat! Keempat dosen tersebut
adalah dosen penguji kamu. Jangan berharap dosen pembimbing ikut ngebelain atau
ngebantuin kamu layaknya ketika kamu sedang konsultasi/bimbingan empat mata.
Beliau tetap menguji alias ngetes kamu kecuali kalo dosen pembimbingmu itu
berhati malaikat jadi nggak tega-tega amat yang nguji.
Intinya, dalam Ujian Tesis kamu akan menjadi single fighter! Hahaha! Berjuang
sendirian!
However, semua perjuangan kamu itu bakalan worth it in the end. Semua kerja keras selama ini akan terbayar. Senyum kebahagiaan itu bakalan tergambar di wajah kamu. Rasa haru, senang, sedih, waaah, semuanya, campur aduk!
Setelah dinyatakan LULUS, dan sesaat setelah dosen-dosen meninggalkan ruangan, aku MENANGIS.
Bahagia, sedih, takut, haru, excited, semuanya tak terdeskripsikan lagi!
So, segitu aja sharing-nya kali ini. Semoga bisa
memberikan gambaran alias insight
buat kamu yang pengen melanjutkan pendidikan formal di jenjang Magister,
terutama di Universitas Sebelas Maret (UNS) dengan jurusan Magister Pendidikan
Sains. Untuk tahun perkuliahan ke depan, mungkin ada sedikit perubahan. Tapi,
esensinya kurang lebih sama seperti yang aku utarakan di atas.